Jangan Menjadi Murid Yang Durhaka



Sanad Ilmu Syeh TAQIYUDDIN AN-NABHANI Sampai RASULULLAH SAW

Ternyata di manuskrip2 nahdiyin (NU) ditemuk an & menyebutkn bhw KH Hasyim Ashari (pendiri NU) berguru kpd Syaikh Yusuf An-Nabhani (kakek dr Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani pendiri Hizbut Tahrir/HT).

Maka tak heran jg kalau di kalangan nahdiyin (NU), kitab2 dr kakek pendiri HT ini msh dkaji/dipelajari.

Berikut tambahan biografi sanad keilmuan Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani :

HT didirikan oleh Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani, beliau adalah pewaris ilmu dan sanad ilmu dari ayahandanya Syaikh Ibrahim bin Musthafa bin Ismail An-Nabhani.

Beliau juga mendapat ilmu dan sanad ilmu dari kakek (datuk) beliau Syaikh Yusuf Bin Isma'il An-Nabhani, pengarang kitab Afdhalu Ash-Shalawat ‘Ala Sayyid As-Sadat, juga kitab Jami'ul Karamah al Auliya'.

Syaikh Yusuf ini berguru pada banyak ulama' terutama kepada Syaikh Syamsuddin al-Ambabi al-Syafi’i, satu-satunya syaikh pada masanya yang mendapat julukan Hujjatul Ilmi dan guru besar Universitas Al-Azhar pada masa itu.

Banyak ulama' Indonesia yang berguru pada beliau (syaikh Yusuf) baik langsung maupun tidak langsung. Salah satunya adlh ulama Betawi, yaitu sayid Utsman bin Abdillah bin Aqil bin Yahya aI 'Alawi, yang masyhur dengan nama julukan "Mufti Betawi".

Selain itu, Syaikh Taqiyuddin secara khusus oleh Syaikh Yusuf An-Nabhani dititipkan kepada sahabat-sahabat beliau yang mengajar di Al-Azhar sehingga Syaikh Taqiyuddin secara keilmuan terjaga dan secara sanad ilmu, sanadnya tetap tersambung.

Setelah Syaikh Taqiyuddin lulus dari Al-Azhar beliau mengajar kemudian jadi Qadhi, baru setelah itu mendirikan HT.

Walau HT sebuah gerakan politik tetapi HT memiliki kekhasan yang "mungkin" tidak dimiliki gerakan lain yaitu terjaganya sanad ilmu para kadernya.

Ini bisa dilihat yang berhak memberi Halqah (tasqif) adalah para A'dho yang mana mereka telah mendapatkan Ijazah (lisensi) untuk mengajarkan afkar mutabanat HT.

Sehingga tsaqafah (ilmu) yang didapatkan oleh para syabab HT adalah dari musrifnya, dari musrifnya lagi hingga ke pendiri dan pengarang kitab (Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani) di mana Syaikh Taqiyuddin sendiri sanadnya tersambung ke ayahnya, kakeknya, dan guru-guru beliau di Al-Azhar hingga tersambung sampai ke Rasulullah SAW.

Sehingga jelas bahwa HT bukan gerakan yang otodidak memahami nash syara', tetapi HT memahami nash syara' sebagai mana para ulama' memahaminya bukan hanya mencomot dari kitabnya saja tetapi HT memiliki sanad ilmu terhadap pemahaman yang ada dalam kitab ulama'-ulama' tersebut.

Hal ini sangat sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Syaikh Nashir al-Asad: “Orang yang hanya mengambil ilmu melalui kitab saja tanpa memperlihatkannya kepada ulama dan tanpa berjumpa dalam majelis-majelis ulama, maka ia telah mengarah pada distorsi. Para ulama tidak menganggapnya sebagai ilmu, mereka menyebutnya shahafi atau otodidak, bukan orang alim.

Para 'ulama menilai orang semacam ini sebagai orang yang dhaif (lemah).
Ia disebut shahafi yang diambil dari kalimat tashhif, yang artinya adalah seseorang mempelajari ilmu dari kitab tetapi ia tidak mendengar langsung dari para ulama, maka ia melenceng dari kebenaran. Dengan demikian, sanad dalam riwayat menurut pandangan kami adalah untuk menghindari kesalahan semacam ini”

(Mashadir asy-Syi’ri al-Jahili 10).

-----------------------------------------------------

🕌#BanggaBicaraKhilafah🏳🏴
📜#KhilafahWarisanKenabian🏳🏴
🌏#KhilafahAkanMemimpinDunia🏳🏴

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RIBA DALAM ARISAN

Apa itu KHILAFAH ?